Mitigasi Pandemi Covid-19 dan Situasi Covid-19 Indonesia
Mitigasi Pandemi COVID-19
Saya tulis tentang pandemi COVID-19 di Indonesia bukan karena untuk cari trafik kunjungan di blog ini. Sudah banyak media yang menulis tentang COVID-19 bisa jadi memang mengejar trafik karena ada bahan berita, bisa jadi memang berusaha menjadi media yang memberikan informasi terupdate. Sama lah seperti penjual obat atau jamu yang sedang banyak orderan kembali ke niat masing-masing saja. Memberikan kemanfaatan atau memanfaatkan moment dan situasi saja. Kembali pada bab mitigasi bencana yang juga pernah Saya tulis di blog ini, itulah kenapa Saya menulis tentang pandemi COVID-19, selain menjadi catatan juga sebagai bentuk usaha untuk mitigasi pandemi. Mitigasi berupaya untuk mengurangi dampak dan korban akibat suatu hal seperti dampak dari menyebarnya virus Sars-Cov 2 ini.
Mitigasi Pandemi Covid-19 |
Mitigasi/ Pencegahan dari Penularan Virus Sars-Cov 2 Bagi Tiap Individu
Rata-rata orang sudah hafal bagaimana agar virus tidak menyebar. Virus ini pindah dari satu inang ke inang lainnya menumpang droplet (cairan kecil) saat orang yang terinfeksi berbicara,bersin, batuk dan semisalnya. Droplet bahkan mikro droplet atau droplet kecil yang dalam kondisi tertentu masih bisa bertahan melayang di udara , kondisi tertentu seperti di ruangan isolasi rumah sakit,di ruangan tertutup yang buruk ventilasinya. Jika droplet/mikro droplet tersebut mengandung virus, maka orang lain yang menghirupnya atau mengenai bagian wajah dekat mata dan saluran pernafasan (hidung) akan terjadi penularan virus tersebut.
Jadi caranya agar virus tidak masuk tentu dengan menghalangi agar droplet dan mikro droplet tidak masuk atau terhirup. Dahulu di Indonesia dikenalkan dengan 3M , mencuci tangan, memakai masker, menjauhi kerumunan. Kemudian diupgrade lagi menjadi 5M , yaitu :
- Memakai masker
- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir/ hand sanitizer
- Menjaga jarak
- Menjauhi kerumunan
- Membatasi mobilisasi dan interaksi
5 m kemenkes |
Itulah mitigasi paling sederhana bagi tiap individu siapapun juga baik dari elit maupun kalangan alit (rakyat biasa). Baik tua atau muda, pria wanita dan anak-anak sekalipun. Kalau orang menyadarinya dan paham hal tersebut sebagai bentuk menjaga diri dan orang lain, maka dengan mudahnya melaksanakan 5M tanpa banyak alasan , bahkan sampai buat alasan segala demi kebebasan (baca: demi ego sendiri tepatnya). Paling mudah lagi ya di rumah saja, jika pemerintah mantab lakukan lockdown , insyallah rakyat mengikut saja, apalagi masyarakat desa yang bisanya cuma "manut" kalau peraturan jelas dan tegas.
Mitigasi Pandemi Bagi Otoritas
Mengendalikan pandemi memang tidak mudah, negara manapun akan kalang kabut, banyak kepala negara sampai meminta maaf kepada penduduknya akibat tidak mampu mengendalikan pandemi ini, namun di sisi lain banyak juga pemerintah yang sampai didemo akibat dianggap tidak mampu (incompetent) dalam menangani dan mengendalikan pandemi covid-19 ini. Inilah ujian bagi pemimpin. Di negara manapun banyak kebijakan yang diambil entah memilih lockdown, atau memilih social distancing, bermasker dengan tes yang digenjot sejak awal sehingga bisa memisahkan antara yang positif terinfeksi dan negatif. Strategi 3T ( test, tracing and treatment) , atau tes , lacak dan isolasi.
Semakin banyak tes, maka semakin banyak orang terinfeksi yang bisa diisolasi dan mencegah meluasnya penularan, termasuk yang terkonfimasi positif namun tanpa gejala. Pada awal pandemi di china selain menerapkan lockdown, juga menerapkan isolasi terpusat bukan isolasi mandiri. Dengan isolasi terpusat, pasien bisa dipantau perkembangannya baik tingkat disiplinnya dan kondisi kesehatannya. Ingat tidak China sampai membangun rumah sakit darurat hanya dalam 6 hari? Upaya China yang sangat serius untuk mengendalikan pandemi covid-19 ini tidak sia-sia membuahkan hasil hanya dalam 2 bulan, penularan COVID-19 di china terkendali jauh sebelum vaksin tersedia. Yang masih suka "nyinyir" kepada china terkait COVID-19 ini, coba deh mana yang lebih baik penanganan pandeminya?
Apakah semua negara meniru China? Berbeda dengan China, Korea selatan memilih tanpa lockdown namun protokol kesehatan diterapkan dengan ketat, seperti menjaga jarak, membatasi jumlah orang di ruang publik,memakai masker, dan terpenting lagi Korea selatan bisa melakukan tes masif pada penduduknya.
Itu sepertinya terjadi sudah satu tahun yang lalu. Iya yang terjadi di China dan Korea selatan sudah satu tahun yang lalu. Sebelum muncul varian akibat virus yang bermutasi. Jika tidak ingin ada mutasi lagi, maka jangan biarkan virus ini menular mencari inang sebagai pabrik untuk memperbanyak diri.
Tahun 2021 alhamdulillah sudah tersedia berbagai vaksin untuk Sars-Cov 2 ini. Mengapa harus vaksinasi ? Virus Sars-Cov 2 ini virus baru dan asing bagi tubuh manusia. Antibodi bisa terlambat menghalau dan menangani virus jika ia tidak mengenalnya. Dengan vaksinasi maka tubuh dikenalkan dengan virus Sars-Cov 2. Sehingga jika nanti sampai harus menghadapi virus sebenarnya, antibodi akan lebih sigap.
Jadi jelaslah apa yang harus dilakukan otoritas untuk bisa mengendalikan pandemi ini lakukan 3T, pembatasan mobilitas dan aktivitas berkerumun, dan vaksinasi agar terbentuk kekebalan kelompok/ herd immunity
Situasi Pandemi Covid-19 di Indonesia
Sebagai catatan pribadi Saya saja, bahwa Saya pernah berada dalam situasi pandemi ini, alhamdulillah Saya dan keluarga saat tulisan ini diketik masih dalam lindungan Allah tidak terkena virus Sars-Cov 2. Semua berharap yang terbaik, namun jangan lupakan untuk bersiap hal terburuk yang bisa terjadi.
Bencana yang bisa diprediksi. Mengapa begitu, iya karena sekitar 2 bulan sudah diprediksi bahwa kasus COVID-19 di Indonesia akan kembali naik setelah libur Idul Fitri. Bagaimana upaya yang dilakukan pemerintah seperti melarang mudik pun tidak mempan. Entah penduduk Indonesia ini semua sudah herd stupidity kah ? Kebodohan kelompok, bukan lantas kita menjuluki orang bodoh semua, namun jika sudah tahu akan terjadi lonjakan kasus, mengapa masih saja mobilitas tidak distop oleh otoritas dengan aturan yang tegas? Mengapa masyarakat masih bandel saja tidak memakai masker, masih banyak berkerumun, malah memanfaatkan liburan dengan berwisata, saling berkunjung dan acara kumpul-kumpul lainnya.
Dahulu kita sudah diberi pelajaran dengan China, Italia, Amerika, Filipina, Inggris, Brasil dan terakhir diberi contoh dengan kasus di India. Apakah kita tidak sadar ? baik penduduknya dan otoritasnya, bahwa penanganan pandemi ini harus diutamakan dibanding mikirin soal ekonomi terus. Semua menuruti ego masing-masing.
Angka-angka laporan terus meningkat, jika ini memang selaras dengan janji otoritas untuk meningkatkan tes dan lacak, maka masih tetap mengkhawatirkan karena hasil yang didapat, positifity rate masih tinggi, diangka lebih dari 20%. Sebelum tes dinaikkan saja, BOR rumah sakit sudah diambang kolaps, dan akhir-akhir ini hampir satu pekan sejak diberlakukan PPKM Darurat, rumah sakit sudah menunjukkan kolaps dengan beberapa kejadian kehabisan oksigen, mendirikan tenda darurat, ruang IGD yang penuh.
Kalau rumah sakit penuh, ruang ICU habis , bahkan tempat isolasi terpusat pun penuh. Entah bagaimana kondisi Indonesia selanjutnya, dimana kenyataan kalau di luar masih banyak yang tidak peduli dengan covid-19. Apakah ini silent tsunami COVID-19 ? Iya pelan-pelan korban berjatuhan tanpa harus menghancurkan gedung-gedung. Sampai kapan semua tersadar kalau kita sedang tidak baik-baik saja ?
Sumber Informasi COVID-19 Indonesia
- Ahmad Arif seorang jurnalis kebencanaan
- Pandu Riono, juru wabah ( epidemiolog)
- Pak Ahmad Utomo seorang ahli mikrobiologi
- Mila Anasanti , peneliti
- Dokter Tonang, dokter
- dan banyak lagi, lihat pertemanan atau follower akun-akun mereka
Posting Komentar untuk "Mitigasi Pandemi Covid-19 dan Situasi Covid-19 Indonesia"
Posting Komentar