Secangkir Teh Tawar
Secangkir Teh Tawar
Beberapa pekan yang lalu saya dimasukkan ke grup whatsapp dengan title "Secangkir Teh Tawar", tampaknya grup mungkin bersifat sementara hanya untuk koordinasi kegiatan.Kegiatan apakah itu? Kegiatan temu bareng.
Adapun lakon kita kali ini adalah akh Afif, dia asli Kepakisan Dieng, kami mulai kenal sejak dia tinggal di Magelang sini, bekerja, lanjut mondok, dan kerja lagi, akhirnya dia akan nikah. Pernah juga bergabung di WA sandal.
Saya tanya ke rekan-rekan tentang penamaan grup WA "Secangkir Teh Tawar", mungkin ada kesan dengan teh tawar?
Afif yang punya gawe mengatakan :
Teh tawar ( teh tidak diberi gula) di kampung saya (kepakisan,dieng) sudah menjadi minuman yang diistimewakan, hampir tiap rumah pasti ada, walau sekarang peminatnya mulai berkurang.Tetapi generasi orang tua kami tetap menganggap itu minuman istimewa.Saya sendiri memaklumi hal itu, di masa lalu mungkin yang ada cuma air putih dan teh tawar,gula putih dan merah termasuk barang mahal dulu. Bibi saya pernah bilang "Teh ini cocok diminum walaupun diudara dingin dan tehnya dingin".Anda ragu pernyataan tadi?, jarrib ta'rif. Teh tawar, kabut, pawon dan hujan adalah irama yang indah.Pernahkah kalian di pagi yang cerah berselimutkan cahaya mentari duduk ditemani secangkir teh tawar yg hangat, lalu mendadak saja teh yang kalian minum terasa manis?"
Hutan Pinus Grenden |
Jadi :
- Ada undangan menghadiri walimahan Afif, hari Ahad tanggal 26 Rajab 1438 H / 23 April 2017
- Dibuat grup koordinasi " Secangkir Teh Tawar"
- Malam Ahad insya Allah kami camping di Grenden, agar pertemuan kami tidak garing he he..
Camping Ceria Di Grenden, Magelang
Suatu kebahagiaan mendapat undangan walimatul ursy dari teman dekat, apalagi jika kuota terbatas, namun kadang ada rasa galau juga. Bagi yang masih sendiri atau bujang, ada rasa di hati " ... terus saya kapan..." Rasa galau tersebut sejenak hilang dengan temu kangen yaitu camping bersama. Kalaupun bukan karena galau, bertemu dalam suasana yang kita sukai akan memberikan kesan tersendiri. Merasakan suasana pegunungan yang sejuk dan dingin, melihat keindahan kabut tipis yang turun, aroma tanah pegunungan dan banyak hal lain dan tiap pribadi berbeda-beda mengungkapkannya.
Hari Sabtu telah tiba, alhamdulillah sampai masuk waktu dzuhur, yang ingin ikut camping sudah hadir. Kesulitan pengadaan tenda dan transportasi bisa sebagai faktor tidak jadinya pelaksanaan camping. Alhamdulillah ada rekan yang siap ikut dengan membawa motor dan tenda pinjamannya. Akhirnya enam orang siap camping di suasana yang mendung, memang cuaca sedang dominan hujan di sore dan malam hari. Jadi harus siap kalau kehujanan.
Kami camping di ketinggian sekitar 1600 mdpl, secara umum suhu sejuk tidak terlalu dingin, harapannya dengan perlengkapan dan persiapan yang kurang, camping masih terasa nyaman. Naik motor sampai ke camping ground Grenden, ada banyak hal yang terjadi, namun tidak semua bisa kami ceritakan. Memang membutuhkan motor yang kondisinya bagus, dan kuat melibas tanjakan, seperti tanjakan sebelum Ketep Pass dan tanjakan-tanjakan sepanjang jalan Ketep - Kopeng. Hal lain dibutuhkan konsentrasi dan kelincahan saat naik motor di area wisata Grenden, kondisi basah setelah hujan, menyebabkan jalan menjadi licin.
Kami berangkat dari Muntilan di sore hari sekitar jam 17.00 WIB, memasuki jalan Ketep-Kopeng di sepanjang jalan kabut tipis turun memberikan pemandangan yang indah apalagi sudah lama tidak jalan-jalan ke pegunungan, kerinduan kami dengan suasana pegunungan mulai terobati. Masuk waktu maghrib kami sampai di gerbang kawasan wisata Grenden. Setelah semua berkumpul, kami melanjutkan perjalanan dan berhenti di masjid dekat dengan basecamp pendakian gunung. Agar lebih tenang kami akan sholat Maghrib dahulu, tapi ternyata di masjid tidak ada air.
Kami lanjutkan naik motor menuju kawasan Wisata Grenden, dan ada yang tanya mau muncak ke Merbabu kah? Tampaknya salah satu dari pengelola basecamp menemui kami sesampainya di Camping Ground Grenden, menanyakan kedatangan kami mau naik gunung atau sekedar camping saja. Kalau camping saja motor bisa dibawa tidak di titipkan di basecamp insya Allah aman asal di kunci stang dan helm di masukkan tenda. Untuk biaya camping Rp 10.000,- per orang, dan biaya motornya Rp 5.000,- per motor. Untuk toilet tidak usah bayar lagi. Setelah kami bayar, kami diberi kertas peta pendakian Merbabu Via Grenden dan informasi nomor darurat basecamp : 0877 1902 1013, atau frekuensi HT di 163.090.
Selepas sholat, kami lanjutkan dengan menentukan tempat campingnya, suasana sepi sekali, sepintas terlihat senter pendaki yang mendaki Gunung Merbabu. Kami camping di sekitar view 1600 mdpl, salah sebetulnya kalau camping di sini dengan niat mau mencari view sunrise (matahari terbit), karena terhalang gunung Merbabu dan Merapi, kalau camping di sini bisa menikmati suasana hutan pinus, sunset (matahari terbenam) dan kabut yang turun.
Kalau saya pribadi, camping di sini selain mengobati rindu dengan suasana pegunungan, bisa juga untuk mencoba review beberapa perlengkapan mendaki gunung yang kita punya. Mencoba pakai tarp tent, lama tidak memakai tarp tent dan belum belajar mendirikan tarp tent sehingga sekitar 1 jam tarp tent saya belum juga jadi. Tenda rekan kami kapasitas 4-5 orang sudah didirikan, alat masak di keluarkan dan saatnya rekan-rekan makan malam, tapi salah satu dari rekan kami ada yang sakit, tampaknya masuk angin, sampai di camping ground langsung tiduran, tiba-tiba mutah dan minta diantarkan ke toilet. Dalam pikirannya mungkin tidak jadi camping ceria, tidak sesuai dengan ekspetasinya. Alhamdulillah kondisi membaik setelah mutah dan ke toilet, kalau sudah mulai doyan makan insyallah akan membaik.
Malam semakin larut, sebagian rekan sudah mengantuk, tapi saya belum mengantuk juga, alhamdulillah sedikit makanan sudah mengisi perut, saya lanjutkan pasang tarp tent, rencana dibuat seperti tenda pramuka, tapi frame tiang alumuniumnya tidak saya bawa semua, jadi saya buat model tarp tent. Semua barang kami masukkan ke tarp tent, helm juga saya masukkan, dan masih cukup untuk tidur satu orang di tarp tent. Saya belum juga mengantuk, iseng-iseng membakar kayu dengan kompor kayu (wood stove) kompor hobo free soldier , karena kayu cukup sulit di dapatkan di area camping, maka cuma sebentar nyala sebentar padam.
Tenda sebelah ramai karena di isi 5 orang sedangkan saya di tarp tent saja mengkondisikan parit jangan sampai meluap atau jangan sampai parit gagal fungsinya. Alhamdulillah tarp tent aman tidak kebanjiran dan hujanpun mulai reda, hingga bisa tidur pulas kecuali setelah dini hari terasa dingin sekali karena saya tidak pakai sleeping bag, tidak pakai jaket (hanya pakai baju PDL) , kaos kaki, kaos tangan. Ketiduran tanpa pakai SB, langsung tarik SB dan tidur meringkuk lagi. Banyak keceriaan dan hal-hal lucu yang tidak bisa saya ceritakan semua.
Pagi harinya setelah sholat subuh, saatnya melihat pemandangan sekitar camping ground. Salah satu rekan kami langsung tertarik dengan tulisan jomblo bahagia kapan kita ke grenden, he he...
Kebetulan dapat view ini juga, he he..
Jazakumullahu khairan, tuk rekan semua atas kegembiraan yang telah kalian bagi, dari undangan walimahan sampai camping bersama, dapat kenalan baru dan harapan bertemu kembali dalam keadaan yang lebih baik lagi.
Suatu kebahagiaan mendapat undangan walimatul ursy dari teman dekat, apalagi jika kuota terbatas, namun kadang ada rasa galau juga. Bagi yang masih sendiri atau bujang, ada rasa di hati " ... terus saya kapan..." Rasa galau tersebut sejenak hilang dengan temu kangen yaitu camping bersama. Kalaupun bukan karena galau, bertemu dalam suasana yang kita sukai akan memberikan kesan tersendiri. Merasakan suasana pegunungan yang sejuk dan dingin, melihat keindahan kabut tipis yang turun, aroma tanah pegunungan dan banyak hal lain dan tiap pribadi berbeda-beda mengungkapkannya.
Hari Sabtu telah tiba, alhamdulillah sampai masuk waktu dzuhur, yang ingin ikut camping sudah hadir. Kesulitan pengadaan tenda dan transportasi bisa sebagai faktor tidak jadinya pelaksanaan camping. Alhamdulillah ada rekan yang siap ikut dengan membawa motor dan tenda pinjamannya. Akhirnya enam orang siap camping di suasana yang mendung, memang cuaca sedang dominan hujan di sore dan malam hari. Jadi harus siap kalau kehujanan.
View 1600 mdpl Wisata Grenden Magelang |
Kami camping di ketinggian sekitar 1600 mdpl, secara umum suhu sejuk tidak terlalu dingin, harapannya dengan perlengkapan dan persiapan yang kurang, camping masih terasa nyaman. Naik motor sampai ke camping ground Grenden, ada banyak hal yang terjadi, namun tidak semua bisa kami ceritakan. Memang membutuhkan motor yang kondisinya bagus, dan kuat melibas tanjakan, seperti tanjakan sebelum Ketep Pass dan tanjakan-tanjakan sepanjang jalan Ketep - Kopeng. Hal lain dibutuhkan konsentrasi dan kelincahan saat naik motor di area wisata Grenden, kondisi basah setelah hujan, menyebabkan jalan menjadi licin.
Motor Di Camping Ground Grenden |
Kami berangkat dari Muntilan di sore hari sekitar jam 17.00 WIB, memasuki jalan Ketep-Kopeng di sepanjang jalan kabut tipis turun memberikan pemandangan yang indah apalagi sudah lama tidak jalan-jalan ke pegunungan, kerinduan kami dengan suasana pegunungan mulai terobati. Masuk waktu maghrib kami sampai di gerbang kawasan wisata Grenden. Setelah semua berkumpul, kami melanjutkan perjalanan dan berhenti di masjid dekat dengan basecamp pendakian gunung. Agar lebih tenang kami akan sholat Maghrib dahulu, tapi ternyata di masjid tidak ada air.
Pagi Hari Di Depan Gerbang Wisata Grenden |
Kami lanjutkan naik motor menuju kawasan Wisata Grenden, dan ada yang tanya mau muncak ke Merbabu kah? Tampaknya salah satu dari pengelola basecamp menemui kami sesampainya di Camping Ground Grenden, menanyakan kedatangan kami mau naik gunung atau sekedar camping saja. Kalau camping saja motor bisa dibawa tidak di titipkan di basecamp insya Allah aman asal di kunci stang dan helm di masukkan tenda. Untuk biaya camping Rp 10.000,- per orang, dan biaya motornya Rp 5.000,- per motor. Untuk toilet tidak usah bayar lagi. Setelah kami bayar, kami diberi kertas peta pendakian Merbabu Via Grenden dan informasi nomor darurat basecamp : 0877 1902 1013, atau frekuensi HT di 163.090.
Selepas sholat, kami lanjutkan dengan menentukan tempat campingnya, suasana sepi sekali, sepintas terlihat senter pendaki yang mendaki Gunung Merbabu. Kami camping di sekitar view 1600 mdpl, salah sebetulnya kalau camping di sini dengan niat mau mencari view sunrise (matahari terbit), karena terhalang gunung Merbabu dan Merapi, kalau camping di sini bisa menikmati suasana hutan pinus, sunset (matahari terbenam) dan kabut yang turun.
Kalau saya pribadi, camping di sini selain mengobati rindu dengan suasana pegunungan, bisa juga untuk mencoba review beberapa perlengkapan mendaki gunung yang kita punya. Mencoba pakai tarp tent, lama tidak memakai tarp tent dan belum belajar mendirikan tarp tent sehingga sekitar 1 jam tarp tent saya belum juga jadi. Tenda rekan kami kapasitas 4-5 orang sudah didirikan, alat masak di keluarkan dan saatnya rekan-rekan makan malam, tapi salah satu dari rekan kami ada yang sakit, tampaknya masuk angin, sampai di camping ground langsung tiduran, tiba-tiba mutah dan minta diantarkan ke toilet. Dalam pikirannya mungkin tidak jadi camping ceria, tidak sesuai dengan ekspetasinya. Alhamdulillah kondisi membaik setelah mutah dan ke toilet, kalau sudah mulai doyan makan insyallah akan membaik.
Malam semakin larut, sebagian rekan sudah mengantuk, tapi saya belum mengantuk juga, alhamdulillah sedikit makanan sudah mengisi perut, saya lanjutkan pasang tarp tent, rencana dibuat seperti tenda pramuka, tapi frame tiang alumuniumnya tidak saya bawa semua, jadi saya buat model tarp tent. Semua barang kami masukkan ke tarp tent, helm juga saya masukkan, dan masih cukup untuk tidur satu orang di tarp tent. Saya belum juga mengantuk, iseng-iseng membakar kayu dengan kompor kayu (wood stove) kompor hobo free soldier , karena kayu cukup sulit di dapatkan di area camping, maka cuma sebentar nyala sebentar padam.
Badan capek juga pingin tidur di luar, tapi tampaknya gerimis mulai datang, berarti harus segera buat parit di sekitar tarp tent saya, langsung dengan pisau galau (G 6) buatan SG knive saya buat parit, capek juga membuat parit itu, tetap semangat daripada tarp tent kebanjiran. Tarp tent saya buatan woodstock gear yang seri lama ukuran 2x3 dengan pintu, bahan diamond ripstop 30D silicone. Bahan anti air tapi tidak memakai floor /lantai seperti tenda, jadi harus buat parit agar air tidak masuk.
Tenda sebelah ramai karena di isi 5 orang sedangkan saya di tarp tent saja mengkondisikan parit jangan sampai meluap atau jangan sampai parit gagal fungsinya. Alhamdulillah tarp tent aman tidak kebanjiran dan hujanpun mulai reda, hingga bisa tidur pulas kecuali setelah dini hari terasa dingin sekali karena saya tidak pakai sleeping bag, tidak pakai jaket (hanya pakai baju PDL) , kaos kaki, kaos tangan. Ketiduran tanpa pakai SB, langsung tarik SB dan tidur meringkuk lagi. Banyak keceriaan dan hal-hal lucu yang tidak bisa saya ceritakan semua.
Pagi harinya setelah sholat subuh, saatnya melihat pemandangan sekitar camping ground. Salah satu rekan kami langsung tertarik dengan tulisan jomblo bahagia kapan kita ke grenden, he he...
Jomblo Bahagia |
Kebetulan dapat view ini juga, he he..
Telur aja sudah berdua dari janin, kamu kapan ? |
Tarp Tent Dengan Latar belakang Gunung Merbabu |
Packing- Packing Sebelum Pulang |
Jazakumullahu khairan, tuk rekan semua atas kegembiraan yang telah kalian bagi, dari undangan walimahan sampai camping bersama, dapat kenalan baru dan harapan bertemu kembali dalam keadaan yang lebih baik lagi.
Sampai Jumpa Kembali |
4 komentar untuk "Secangkir Teh Tawar"