Pendakian Gunung Sumbing Lewat Jalur Mangli, Kaliangkrik, Magelang
Catatan perjalanan kami ini semoga bermanfaat walaupun tidak bisa dikatakan sebagai referensi mutlak, karena kami melakukan pendakian tanpa di sertai porter atau penduduk setempat yang sudah mengenal medan dan nama-nama tempat sepanjang jalur pendakian. Namun hal itu tidak menjadikan penghalang untuk kami menorehkan kisah yang tidak mudah dilupakan, itulah petualangan.
Transportasi Ke Desa Mangli
Naik bus ke arah Magelang, sebelum terminal yaitu yang di kenal dengan Armada, kami turun di sana. Terus biasanya akan di tanya mau kemana, maka jawab saja mau pergi ke Bandongan, Kaliangkrik. Selanjutnya akan di arahkan ke bus yang menuju ke Kaliangkrik. Di dalam bus saat di tarik uang , bilang mau ke mangli, maka nanti akan di antar sampai pertigaan Tonoboyo dengan ongkos saat kami menulis catatan ini sebesar Rp 6000,- Setelah melewati Bandongan dan turun di pertigaan Tonoboyo, maka harus cari angkutan lagi untuk naik, angkutan kecil cuma sampai ke desa Kalegen. Nanti setelah sampai Kalegen baru ke Mangli dengan naik ojeg.
Kalau ingin irit biaya dan tidak ganti-ganti angkutan, maka naik motor sendiri atau carter mobil saja jika rombongan banyak.
Letak Desa Mangli
Desa Mangli di Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang. Sebelum masuk ke desa dengan pemandangan yang indah ini, akan disambut dengan gapura dan sebuah tugu. Gapura dan tugu Mangli ini berada di koordinat S7 24.641 E110 06.110 ( penulisan koordinat memakai penulisan di GPS dan software Garmin Basecamp dengan ketinggian 1453 mdpl.
Cara mencari letaknya kalau di google map tinggal copy paste saja koordinat di atas
Kami memilih Desa Mangli sebagai jalur pendakian karena ada ikhwan yang berasal dari desa ini, sehingga bisa dikatakan kami mendaki gunung sekaligus berkunjung ke tempat ikhwan yang mempunyai usaha nasi jagung manglie.
Team : Ibnu Umar, Yoiyok dan Farhan
Waktu : Hari Sabtu , 16 Agustus 2014 - hari Ahad 17 Agustus 2014
Transportasi : Angkutan dan Motor
Bagaimana ceritanya hingga kami berencana naik Gunung Sumbing lewat Desa Mangli Kecamatan Kaliangkrik ini ? Sebetulnya beberapa bulan sebelumnya, yaitu bulan Mei kami sudah survai dulu jalur pendakian tersebut, namun sedikit dokumentasi dan gambaran medan jalur pendakian yang berhasil kami kumpulkan. Akhirnya keinginan itu masih ada dan kita putuskan untuk melakukan pendakian yaitu setelah Idul Fithri.
Dari survai bulan sebelumnya kami sedikit ada gambaran kalau waktu tempuh sampai puncak bisa lebih dari 5 jam, tidak seperti yang dikatakan oleh penduduk, atau mungkin bagi penduduk sudah terbiasa, fisik kuat sehingga mereka punya jalur pintas dan potong kompas sehingga waktu tempuh lebih pendek.
Perjalanan Menuju Mangli
Sabtu pagi kami semua sudah mulai jalankan agenda sendiri-sendiri sesuai apa yang ada di isi kepala, padahal malam Sabtu sudah berusaha kita tunggu mungkin ada rekan lain yang ingin ikut pendakian ke Sumbing. Kalau yang ikut nanti banyak maka persiapan kendaraan, tenda, logistik dan waktu keberangkatan perlu di sesuaikan. Akhirnya Sabtu pagi kami bertiga saja yang akan ke Mangli.
Lama kami bersama-sama memikirkan bagaimana bisa ke Mangli dengan satu motor, orang tiga , keril tiga juga. Saya pribadi kalau di suruh naik bus sendiri males, makanya saya ajak Farhan naik bus bareng untuk ke Bandongan. Nanti setelah sampai Bandongan, baru kita cari angkot, ojeg atau naik motor bertiga.
Saya dan Farhan naik mini bus yang biasanya berputar ke Kota Magelang dulu sebelum ke terminal, saya langsung tanya.
Yoiyok : " Pak, kalau mau ke Bandongan nanti turun mana ?
Pak Sopir : " Turun di galih"
Yoiyok : Dalam hati bertanya galih itu mana ya ? tapi ikut saja lah
Ternyata mini bus itu tidak masuk Kota Magelang, tapi langsung menuju terminal, dan kami berdua di turunkan di galih. Oo..ternyata pertigaan menuju kota, yang saya kenal dengan istilah Armada. Kita turun dengan berikan uang 10.000 untuk 2 orang. Tidak lama akhirnya bus yang menuju Kaliangkrik datang, langsung kita berdua naik, dan saat di tanya mau ke mana, kami jawab ke Mangli. Kata kernetnya Mangli itu Tonoboyo terus ke atas. Saat di bus kami juga sms dengan Ibnu Umar yang sedang asyik minum teh dan makan camilan di rumah teman yang ada di Bandongan. Di pertigaan Tonoboyo akhirnya kami bertiga kumpul lagi, dan karena lama menunggu angkot, maka kami mencoba naik motor bertiga. Dua keril di taruh di depan, dan satunya saya gendong.
Alhamdulillah sampai di rumah bapaknya ikhwan yang di Mangli dengan selamat, setelahnya kita jalan-jalan sambil cari logistik tambahan dan foto-foto pemandangan sekitar. Di Desa Mangli sendiri sudah banyak plang petunjuk jalan.
Jam 11.00 Menuju Alas Ruwet [ POS I ]
Setelah dirasa cukup logistik dan foto-fotonya, maka kami kembali ke rumah orang tua ikhwan Mangli, dan di ajak makan semacam biskuit / roti kering dan minum teh hangat. Waktu terus berlalu, terasa semakin siang, kami pamitan untuk segera mendaki. Motor di titipkan, dan mulailah kita menyusuri jalan sekitar tanah pertanian yang tentu saja tidak landai, sebagai pemanasan kaki he he.. Setiap ketemu warga masyarakat sekitar kami berusaha membalas keramahan mereka, sapaan mereka.
Kata-kata Bahasa Jawa yang sering kami dengar seperti :
Pinarak mas..[ duduk mas ; maksudnya kita di suruh mampir ke rumah mereka he he..],
Minggah mas..[ naik mas ; maksudnya sekedar sapaan kalau kita memang mau naik gunung]
Jawaban kami : " Ngihh.. [ ya..]
Kasihan Farhan yang belum bisa Bahasa Jawa he he.., bisa sih bisa tapi kalau Bahasa Jawa Kromo Inggil [ Bahasa Jawa Halus Tinggi ] pada kesulitan semua.
Cuaca siang hari itu sangat panas sehingga membuat tenggorokan cepat kering , haus sekali. Kalau angin sejuk bertiup terasa tenang dan sejuk tetapi tetap jaga kondisi badan jangan sampai dehidrasi. Setelah melewati ladang yang pada saat itu banyak ditanami tembakau, tidak berapa lama akan melewati sebuah jembatan dan tampaknya tidak ada airnya, musim kemarau sebabkan sungai pun mengering. Mendaki Gunung Sumbing memang membutuhkan bekal air yang banyak apalagi musim kemarau.
Sampai di jembatan ini tidak lupa kami tandai dengan membuat waypoint di GPS, di dapat koordinat jembatan S7 24.425 E110 05.732 dengan ketinggian sekitar 1677 mdpl. Terus kami berjalan ikuti saja jalur yang sudah ada terus menanjak menuju hutan-hutan cemara.
Gapura dan Tugu Desa Mangli |
Koordinat di Google Map |
Kalau Dari Magelang Kota |
Kami memilih Desa Mangli sebagai jalur pendakian karena ada ikhwan yang berasal dari desa ini, sehingga bisa dikatakan kami mendaki gunung sekaligus berkunjung ke tempat ikhwan yang mempunyai usaha nasi jagung manglie.
Foto Bareng Dengan Banner Nasi Jagung Mangli |
Team : Ibnu Umar, Yoiyok dan Farhan
Waktu : Hari Sabtu , 16 Agustus 2014 - hari Ahad 17 Agustus 2014
Transportasi : Angkutan dan Motor
Bagaimana ceritanya hingga kami berencana naik Gunung Sumbing lewat Desa Mangli Kecamatan Kaliangkrik ini ? Sebetulnya beberapa bulan sebelumnya, yaitu bulan Mei kami sudah survai dulu jalur pendakian tersebut, namun sedikit dokumentasi dan gambaran medan jalur pendakian yang berhasil kami kumpulkan. Akhirnya keinginan itu masih ada dan kita putuskan untuk melakukan pendakian yaitu setelah Idul Fithri.
Dari survai bulan sebelumnya kami sedikit ada gambaran kalau waktu tempuh sampai puncak bisa lebih dari 5 jam, tidak seperti yang dikatakan oleh penduduk, atau mungkin bagi penduduk sudah terbiasa, fisik kuat sehingga mereka punya jalur pintas dan potong kompas sehingga waktu tempuh lebih pendek.
Perjalanan Menuju Mangli
Sabtu pagi kami semua sudah mulai jalankan agenda sendiri-sendiri sesuai apa yang ada di isi kepala, padahal malam Sabtu sudah berusaha kita tunggu mungkin ada rekan lain yang ingin ikut pendakian ke Sumbing. Kalau yang ikut nanti banyak maka persiapan kendaraan, tenda, logistik dan waktu keberangkatan perlu di sesuaikan. Akhirnya Sabtu pagi kami bertiga saja yang akan ke Mangli.
Lama kami bersama-sama memikirkan bagaimana bisa ke Mangli dengan satu motor, orang tiga , keril tiga juga. Saya pribadi kalau di suruh naik bus sendiri males, makanya saya ajak Farhan naik bus bareng untuk ke Bandongan. Nanti setelah sampai Bandongan, baru kita cari angkot, ojeg atau naik motor bertiga.
Saya dan Farhan naik mini bus yang biasanya berputar ke Kota Magelang dulu sebelum ke terminal, saya langsung tanya.
Yoiyok : " Pak, kalau mau ke Bandongan nanti turun mana ?
Pak Sopir : " Turun di galih"
Yoiyok : Dalam hati bertanya galih itu mana ya ? tapi ikut saja lah
Ternyata mini bus itu tidak masuk Kota Magelang, tapi langsung menuju terminal, dan kami berdua di turunkan di galih. Oo..ternyata pertigaan menuju kota, yang saya kenal dengan istilah Armada. Kita turun dengan berikan uang 10.000 untuk 2 orang. Tidak lama akhirnya bus yang menuju Kaliangkrik datang, langsung kita berdua naik, dan saat di tanya mau ke mana, kami jawab ke Mangli. Kata kernetnya Mangli itu Tonoboyo terus ke atas. Saat di bus kami juga sms dengan Ibnu Umar yang sedang asyik minum teh dan makan camilan di rumah teman yang ada di Bandongan. Di pertigaan Tonoboyo akhirnya kami bertiga kumpul lagi, dan karena lama menunggu angkot, maka kami mencoba naik motor bertiga. Dua keril di taruh di depan, dan satunya saya gendong.
Menuju Mangli |
Alhamdulillah sampai di rumah bapaknya ikhwan yang di Mangli dengan selamat, setelahnya kita jalan-jalan sambil cari logistik tambahan dan foto-foto pemandangan sekitar. Di Desa Mangli sendiri sudah banyak plang petunjuk jalan.
Plang Arah Ke Kadus dan Ke Masjid Mangli |
Plang Ke Balai Desa |
Jam 11.00 Menuju Alas Ruwet [ POS I ]
Setelah dirasa cukup logistik dan foto-fotonya, maka kami kembali ke rumah orang tua ikhwan Mangli, dan di ajak makan semacam biskuit / roti kering dan minum teh hangat. Waktu terus berlalu, terasa semakin siang, kami pamitan untuk segera mendaki. Motor di titipkan, dan mulailah kita menyusuri jalan sekitar tanah pertanian yang tentu saja tidak landai, sebagai pemanasan kaki he he.. Setiap ketemu warga masyarakat sekitar kami berusaha membalas keramahan mereka, sapaan mereka.
Kata-kata Bahasa Jawa yang sering kami dengar seperti :
Pinarak mas..[ duduk mas ; maksudnya kita di suruh mampir ke rumah mereka he he..],
Minggah mas..[ naik mas ; maksudnya sekedar sapaan kalau kita memang mau naik gunung]
Jawaban kami : " Ngihh.. [ ya..]
Kasihan Farhan yang belum bisa Bahasa Jawa he he.., bisa sih bisa tapi kalau Bahasa Jawa Kromo Inggil [ Bahasa Jawa Halus Tinggi ] pada kesulitan semua.
Menanjak Terus... |
Pemandangan Menuju Hutan Cemara [ Pos 1 ] |
Melewati Jembatan |
Hutan Cemara |
Jalur hutan cemara ini berupa tanah padat tampak juga akar-akar cemara, ehh...pohon cemara atau pinus ya ? ya pokoknya pohon seperti gambar di atas lah. Kalau musim penghujan jalur ini licin karena di tumbuhi lumut hijau lembut dan tipis dan akan membuat pendaki berhati-hati dalam berjalan. Enaknya di jalur ini adalah terasa teduh dan tidak panas, angin bertiup sepoi-sepoi. Sampai di kawasan ini mungkin kita namai saja Pos 1 karena sudah lumayan lama berjalan sampai di hutan cemara ini sekitar 1 jam perjalanan santai. Untuk melepas dahaga bisa minum dulu dan menghela nafas.
Menuju Sungai 1
Nafas dan detak jantung mulai teratur, tenaga pulih kembali, saatnya melanjutkan perjalanan. Jalur masih di warnai dengan tanjakan dan belokan, jalur utama dengan ciri jalan yang lebar cuma satu dan sedikit persimpangan, di sekitar jalur tumbuh tanaman pegagan lumayan banyak kalau ingin campuran masak atau saat kondisi survival bisa memanfaatkan pegagan untuk di masak.
Untuk menuju sungai 1 kita akan melewati beberapa tanjakan tapi tidak mengapa akan ada bonus trek mendatar dan turun. Beberapa meter sebelum turun ke sungai yang airnya sedikit ini akan ada persimpangan jalan dari arah yang sama dari kami berjalan, bedanya persimpangan itu mengarah ke atas / tanjakan. Perlu diingat jangan sampai kita lupa jalur saat kita pulang.
Jalur mulai menurun maka sedikit bergembira karena kita akan segera menuju sebuah jembatan kayu di atas sebuah sungai, walaupun airnya tidak melimpah dan saat musim kemarau tidak mengalir, namun masih ada beberapa genangan air yang terlihat jernih dan dingin suhu airnya. Ces...kalau kita sentuh, siapkan botol kosong kita dan isi dengan air untuk menambah bekal cadangan air kita. Bagi kita yang akan melaksanakan sholat bisa juga brwudhu di sini. Untuk sungai-sungai selanjutnya akan lebih kecil dan airnya lebih sedikit bahkan ada yang kering.
Baiklah saudara-saudara kalau sudah cukup air yang kita bawa dan sudah selesai hajat kita di sungai ini, langsung saja kita lanjutkan perjalanan, setelah trek turun maka saatnya trek naik, jangan patah semangat perjalanan masih jauh, asyik mendaki dari jalur ini trek-trek selanjutnya hampir sama, naik terus mendatar dan turun lewati jembatan sungai kecil yang kering.
Kami melanjutkan perjalanan dan pembaca bisa melanjutkan membacanya, karena judulnya kita sedang naik gunung, tentu saja kita akan sering menjumpai trek yang naik. Pelan tapi pasti kami mulai menyusuri jalur masih berupa tanah dan terkadang ada batu berundak, lumayan juga paha bekerja dengan keras, nafas mulai terdengar terengah-engah, kami target istirahat di Watu Mejo [ Batu Meja ] istilah kami sendiri ketika sampai di sebuah batu yang besar dan agak datar.
Istirahat sebentar sambil melihat pemandangan ke belakang view merbabu dan merapi masih terlihat karena musim kemarau langit tampak cerah. Semoga pembaca tidak bosan membaca tulisan ini ketika dirasa seperti cerita bergambar, maka lewati saja. Seperti kami pula melewati setiap jalur kadang bosan karena layaknya kami berputar lalui pinggiran punggung bukit.
Sebagai pengobat frustasi kami lihat GPS saja, cek akurasinya, cek kondisi baterainya. Kadang kehabisan baterai dan harus menyalakan GPS dari awal sehingga proses penguncian satelit agak lama dan akurasi berubah. Dalam proses perbaikan akurasi tersebut karena setting track log mode on maka akan terbentuk garis yang seakan-akan berpindah jauh tapi sebetulnya bukan jalur,jadi kalau pembaca menemukan dari hasil track log GPS kami ada error dan kesalahan jalur semua itu karena faktor tersebut di atas.
Lanjutkan ceritanya atau tidak ya ? Ya udah lanjutkan saja dan akan semakin panjang ceritanya. Kami lanjutkan dengan mencari tempat yang agak luas sehingga bisa mengerjakan sholat. Alhamdulillah ada jalan yang agak lebar sehingga bisa untuk sholat tiga orang.
Telah Lewati 4 Sungai , Maka Siapkan Kesabaran Setelahnya
Setelah kami hitung telah melewati empat sungai atau anak sungai kecil, maka trek selanjutnya adalah tanjakan. Belum pernah kami alami sebelumnya saat mendaki gunung, yaitu menyusuri jalur penuh rumput dan tumbuhan perdu semacam pohon sengon kalau tidak salah. Kerapatan tumbuhannya bervariasi dari kurang rapat sampai rapat sekali. Jangan coba-coba keluar dari jalur yang sudah terbentuk, karena akan kesulitan melihat medan dan menembus kerapatan pohon. Kejadian kami kemarin [ tanggal 16 Agustus 2014 ], kami melewati jalur yang buntu karena tidak mengikuti jalur utama yang sudah terbentuk, akhirnya banyak waktu terbuang untuk berjuang keluar dari jalur ini.
Jalur ini juga merupakan tanjakan terus tanpa bonus, dan bahkan setelah kami berhasil melewati jalur dengan tumbuhan lebat ini, tanjakan yang curam tidak akan habis hingga kita sampai di pertigaan jalur pendakian dari Butuh Kaliangkrik.
Lewati jalur ini memang harus bersabar, terasa tidak sampai-sampai juga, kadang terlihat bukit di depan seperti puncak, namun tetap saja belum keluar dari rimbunnya jalur ini. Alhamdulillah dengan menghela nafas,akhirnya kami bisa keluar juga dari jalur ini.Terlihat padang rumput membentang namun posisinya miring tidak mendatar sehingga tetap sulit mencari tempat untuk membuka tenda.
Kami sudah kelelahan dan kemalaman di tanjakan mangli ini sehingga kondisi tersebut paksa kami buat tenda darurat, dengan susah payah kami buat tenda di tempat yang sempit dan miring , mencari yang terlindung dari tiupan angin malam yang dingin.
Renungan Saat Bermalam di Tanjakan Mangli
Berusaha menikmati apa adanya, kami pun bermalam di tanjakan ini, walaupun tiupan angin sudah berlalu dan udara sampai jam 00.00 belum terasa dingin namun setelah jam 02.00 mulai kaki terasa dingin bernafas juga terasa sumpek berharap segera waktu berlalu. Kami pribadi tidak bisa tidur dengan nyenyak apa karena outdoor gear kami sudah kehilangan fungsi. Nikmati dinginnya udara Gunung Sumbing di dini hari dengan sekali-kali melihat keluar tenda, tampak view malam yang indah gemerlap kota Magelang dan sekitarnya namun belum bisa kami simpan karena tidak mempunyai kamera yang support foto malam hari.
Saya [ yoiyok] membuka pintu tenda lagi untuk meludah karena terasa dahak turun saat tidur dengan posisi terlentang, kalau tidur posisi miring susah bernafas, kalau berbantal tangan ehh..tangannya yang kesemutan. Ya bersabar dalam kondisi seperti ini, sambil mengawasi dua teman saya , ibnu umar dan farhan yang seakan-akan tidur dengan nyenyaknya tidak tahu sebenarnya mereka kedinginan juga atau tidak he he.. Terdengar igauan Farhan dan kadang kakinya bergetar dalam sleeping bag nya, jadi merenung kasihan juga dan rasanya tidak mau lagi ajak mereka anak-anak jika tahu kondisi tidak nyaman begini. Apakah kita bisa menjamin mereka baik-baik saja sedangkan diri sendiri saja juga kedinginan pertimbangan ini juga terkait dengan outdoor gear kami yang jauh dari standar pendakian.
Mentari Bersinar Panaskan Semangat Kami
Saatnya foto bercerita, biarkan kamera HP Ibnu Umar dan Farhan simpan cahaya indah pagi itu, dan mentari bersinar panaskan semangat kami agar tidak beku karna saling bertanya di manakah puncaknya.
Kurang Lebih 2 Jam Sampai Puncak
Matahari mulai meninggi kami selesaikan obrolan kami dan memikirkan langkah selanjutnya, terus mendaki dengan sisa tenaga dan sisa logistik. Apa tas dan tenda di tinggal atau di bawa, pokoknya kami packing dulu saja, perhitungan kalau naik nanti dan turun dari puncak sudah siang, males kalau packing siang hari sudah panas. Mental di uji dan kami pribadi harus memutuskan bagaimana selanjutnya, kalau Ibnu Umar terlihat masih sanggup dan optimis sampai pucak, sedangkan kami ya jalani saja, tetap lanjutkan walau berjalan pelan insya Alloh akan sampai juga.
Untuk meringankan beban maka tas di tinggal kecuali tas Farhan yang ringan di isi air dan snack yang tersisa. Melanjutkan perjalanan dengan melalui tanjakan yang buat nafas dan kaki bekerja lebih keras dan entah sampai kapan bisa meraih puncak.
Sampai juga kami di pertigaan jalur pendakian Butuh Kaliangkrik Magelang, belok ke kanan masih tetap dengan tanjakan. Sampai atas tanjakan memandang puncak yang terlihat terjal menjulang di atas pandangan kami. Berapa jam lagi ya ? udah...lanjutkan saja. Kami terus mendaki, trek kali ini berdebu, jalur sudah lebar karena sering dilalui pendaki dari jalur Butuh Kaliangkrik. Tiba juga kami di Pos 4 ( begitu tulisan di plang ), apa ini yang di namakan dengan Pos Pohon Tunggal ? Tampaknya begitu.
Bertemu dengan beberapa pendaki di pos pohon tunggal ini, ada yang sedang bergegas turun ada juga yang akan naik. Kata yang sedang turun kurang dari 2 jam sudah sampai puncak kalau dari pos pohon tunggal ini. Alhamdulillah berarti sedikit lagi sampai puncak, walaupun jika ukurannya jarak masih lumayan jauh, tanjakan akan menghadang kami hingga puncak nanti. Farhan yang kehausan terus,khawatir juga kalau air bekal kami tidak cukup, sedangkan bang Ibnu terus melaju meninggalkan kami berdua.
"Santai saja han..kalau capek berhenti di bawah pohon biar seger , kataku.
Kita ketahui suasana siang hari begitu panas, debu juga tidak kalah berterbangan, dengan berhenti di bawah pohon semoga saja bisa supplay oksigen untuk kami he he.. Satu dua bukit kami lewati ternyata masih jauh juga ya..kapan sampainya ? Sesekali kami berhenti bersama pendaki yang lain saling menyapa, sedikit mengobrol sambil menunggu nafas kembali normal. Akhirnya....alhamdulillah bang Ibnu sudah terlihat di atas batu puncak Gunung Sumbing. Saya ( Yoiyok ) dan Farhan segera ke arah bang Ibnu. Kurang lebih jam 09.00 kami sampai puncak.
Alhamdulillah segala puji bagi Alloh, kami semua sampai puncak setelah melewati rintangan yang tidak terduga sebelumnya, yang belum tergambar bagaimana medan pendakian Gunung Sumbing via Mangli ini. Naik dengan selamat maka turun harus lebih hati-hati semoga tidak tersesat lagi dan segera pulang dengan selamat juga. Persediaan air yang semakin menipis, perut juga terasa gak enak di isi karena kelelahan. Semoga catatan perjalanan kami ini bermanfaat bagi pembaca yang ingin mendaki Gunung Sumbing lewat Desa Mangli Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang.
Menuju Sungai 1
Nafas dan detak jantung mulai teratur, tenaga pulih kembali, saatnya melanjutkan perjalanan. Jalur masih di warnai dengan tanjakan dan belokan, jalur utama dengan ciri jalan yang lebar cuma satu dan sedikit persimpangan, di sekitar jalur tumbuh tanaman pegagan lumayan banyak kalau ingin campuran masak atau saat kondisi survival bisa memanfaatkan pegagan untuk di masak.
Masak Pegagan |
Jalur mulai menurun maka sedikit bergembira karena kita akan segera menuju sebuah jembatan kayu di atas sebuah sungai, walaupun airnya tidak melimpah dan saat musim kemarau tidak mengalir, namun masih ada beberapa genangan air yang terlihat jernih dan dingin suhu airnya. Ces...kalau kita sentuh, siapkan botol kosong kita dan isi dengan air untuk menambah bekal cadangan air kita. Bagi kita yang akan melaksanakan sholat bisa juga brwudhu di sini. Untuk sungai-sungai selanjutnya akan lebih kecil dan airnya lebih sedikit bahkan ada yang kering.
Di Atas Jembatan Sungai 1 |
Baiklah saudara-saudara kalau sudah cukup air yang kita bawa dan sudah selesai hajat kita di sungai ini, langsung saja kita lanjutkan perjalanan, setelah trek turun maka saatnya trek naik, jangan patah semangat perjalanan masih jauh, asyik mendaki dari jalur ini trek-trek selanjutnya hampir sama, naik terus mendatar dan turun lewati jembatan sungai kecil yang kering.
Kami melanjutkan perjalanan dan pembaca bisa melanjutkan membacanya, karena judulnya kita sedang naik gunung, tentu saja kita akan sering menjumpai trek yang naik. Pelan tapi pasti kami mulai menyusuri jalur masih berupa tanah dan terkadang ada batu berundak, lumayan juga paha bekerja dengan keras, nafas mulai terdengar terengah-engah, kami target istirahat di Watu Mejo [ Batu Meja ] istilah kami sendiri ketika sampai di sebuah batu yang besar dan agak datar.
Watu Mejo [ Batu Meja ] |
Istirahat sebentar sambil melihat pemandangan ke belakang view merbabu dan merapi masih terlihat karena musim kemarau langit tampak cerah. Semoga pembaca tidak bosan membaca tulisan ini ketika dirasa seperti cerita bergambar, maka lewati saja. Seperti kami pula melewati setiap jalur kadang bosan karena layaknya kami berputar lalui pinggiran punggung bukit.
Sebagai pengobat frustasi kami lihat GPS saja, cek akurasinya, cek kondisi baterainya. Kadang kehabisan baterai dan harus menyalakan GPS dari awal sehingga proses penguncian satelit agak lama dan akurasi berubah. Dalam proses perbaikan akurasi tersebut karena setting track log mode on maka akan terbentuk garis yang seakan-akan berpindah jauh tapi sebetulnya bukan jalur,jadi kalau pembaca menemukan dari hasil track log GPS kami ada error dan kesalahan jalur semua itu karena faktor tersebut di atas.
Lanjutkan ceritanya atau tidak ya ? Ya udah lanjutkan saja dan akan semakin panjang ceritanya. Kami lanjutkan dengan mencari tempat yang agak luas sehingga bisa mengerjakan sholat. Alhamdulillah ada jalan yang agak lebar sehingga bisa untuk sholat tiga orang.
Merapi dan Merbabu Tampak Indah |
Telah Lewati 4 Sungai , Maka Siapkan Kesabaran Setelahnya
Setelah kami hitung telah melewati empat sungai atau anak sungai kecil, maka trek selanjutnya adalah tanjakan. Belum pernah kami alami sebelumnya saat mendaki gunung, yaitu menyusuri jalur penuh rumput dan tumbuhan perdu semacam pohon sengon kalau tidak salah. Kerapatan tumbuhannya bervariasi dari kurang rapat sampai rapat sekali. Jangan coba-coba keluar dari jalur yang sudah terbentuk, karena akan kesulitan melihat medan dan menembus kerapatan pohon. Kejadian kami kemarin [ tanggal 16 Agustus 2014 ], kami melewati jalur yang buntu karena tidak mengikuti jalur utama yang sudah terbentuk, akhirnya banyak waktu terbuang untuk berjuang keluar dari jalur ini.
Jalur ini juga merupakan tanjakan terus tanpa bonus, dan bahkan setelah kami berhasil melewati jalur dengan tumbuhan lebat ini, tanjakan yang curam tidak akan habis hingga kita sampai di pertigaan jalur pendakian dari Butuh Kaliangkrik.
Variasi Kerapatan Jalur |
Lewati jalur ini memang harus bersabar, terasa tidak sampai-sampai juga, kadang terlihat bukit di depan seperti puncak, namun tetap saja belum keluar dari rimbunnya jalur ini. Alhamdulillah dengan menghela nafas,akhirnya kami bisa keluar juga dari jalur ini.Terlihat padang rumput membentang namun posisinya miring tidak mendatar sehingga tetap sulit mencari tempat untuk membuka tenda.
View Dari Tanjakan Mangli |
Kami sudah kelelahan dan kemalaman di tanjakan mangli ini sehingga kondisi tersebut paksa kami buat tenda darurat, dengan susah payah kami buat tenda di tempat yang sempit dan miring , mencari yang terlindung dari tiupan angin malam yang dingin.
Tenda Darurat Kami |
Berusaha menikmati apa adanya, kami pun bermalam di tanjakan ini, walaupun tiupan angin sudah berlalu dan udara sampai jam 00.00 belum terasa dingin namun setelah jam 02.00 mulai kaki terasa dingin bernafas juga terasa sumpek berharap segera waktu berlalu. Kami pribadi tidak bisa tidur dengan nyenyak apa karena outdoor gear kami sudah kehilangan fungsi. Nikmati dinginnya udara Gunung Sumbing di dini hari dengan sekali-kali melihat keluar tenda, tampak view malam yang indah gemerlap kota Magelang dan sekitarnya namun belum bisa kami simpan karena tidak mempunyai kamera yang support foto malam hari.
Saya [ yoiyok] membuka pintu tenda lagi untuk meludah karena terasa dahak turun saat tidur dengan posisi terlentang, kalau tidur posisi miring susah bernafas, kalau berbantal tangan ehh..tangannya yang kesemutan. Ya bersabar dalam kondisi seperti ini, sambil mengawasi dua teman saya , ibnu umar dan farhan yang seakan-akan tidur dengan nyenyaknya tidak tahu sebenarnya mereka kedinginan juga atau tidak he he.. Terdengar igauan Farhan dan kadang kakinya bergetar dalam sleeping bag nya, jadi merenung kasihan juga dan rasanya tidak mau lagi ajak mereka anak-anak jika tahu kondisi tidak nyaman begini. Apakah kita bisa menjamin mereka baik-baik saja sedangkan diri sendiri saja juga kedinginan pertimbangan ini juga terkait dengan outdoor gear kami yang jauh dari standar pendakian.
Mentari Bersinar Panaskan Semangat Kami
Saatnya foto bercerita, biarkan kamera HP Ibnu Umar dan Farhan simpan cahaya indah pagi itu, dan mentari bersinar panaskan semangat kami agar tidak beku karna saling bertanya di manakah puncaknya.
Menanti Sunrise |
Masih Dengan View Merbabu dan Merapi |
View Dari Dalam Tenda |
Santri Dan Alam |
Kurang Lebih 2 Jam Sampai Puncak
Matahari mulai meninggi kami selesaikan obrolan kami dan memikirkan langkah selanjutnya, terus mendaki dengan sisa tenaga dan sisa logistik. Apa tas dan tenda di tinggal atau di bawa, pokoknya kami packing dulu saja, perhitungan kalau naik nanti dan turun dari puncak sudah siang, males kalau packing siang hari sudah panas. Mental di uji dan kami pribadi harus memutuskan bagaimana selanjutnya, kalau Ibnu Umar terlihat masih sanggup dan optimis sampai pucak, sedangkan kami ya jalani saja, tetap lanjutkan walau berjalan pelan insya Alloh akan sampai juga.
Untuk meringankan beban maka tas di tinggal kecuali tas Farhan yang ringan di isi air dan snack yang tersisa. Melanjutkan perjalanan dengan melalui tanjakan yang buat nafas dan kaki bekerja lebih keras dan entah sampai kapan bisa meraih puncak.
Sampai juga kami di pertigaan jalur pendakian Butuh Kaliangkrik Magelang, belok ke kanan masih tetap dengan tanjakan. Sampai atas tanjakan memandang puncak yang terlihat terjal menjulang di atas pandangan kami. Berapa jam lagi ya ? udah...lanjutkan saja. Kami terus mendaki, trek kali ini berdebu, jalur sudah lebar karena sering dilalui pendaki dari jalur Butuh Kaliangkrik. Tiba juga kami di Pos 4 ( begitu tulisan di plang ), apa ini yang di namakan dengan Pos Pohon Tunggal ? Tampaknya begitu.
Pos 4 .Sumbing Via Mangli Kaliangkrik |
Pos 4 Atau Pos Pohon Tunggal |
Bertemu dengan beberapa pendaki di pos pohon tunggal ini, ada yang sedang bergegas turun ada juga yang akan naik. Kata yang sedang turun kurang dari 2 jam sudah sampai puncak kalau dari pos pohon tunggal ini. Alhamdulillah berarti sedikit lagi sampai puncak, walaupun jika ukurannya jarak masih lumayan jauh, tanjakan akan menghadang kami hingga puncak nanti. Farhan yang kehausan terus,khawatir juga kalau air bekal kami tidak cukup, sedangkan bang Ibnu terus melaju meninggalkan kami berdua.
"Santai saja han..kalau capek berhenti di bawah pohon biar seger , kataku.
Kita ketahui suasana siang hari begitu panas, debu juga tidak kalah berterbangan, dengan berhenti di bawah pohon semoga saja bisa supplay oksigen untuk kami he he.. Satu dua bukit kami lewati ternyata masih jauh juga ya..kapan sampainya ? Sesekali kami berhenti bersama pendaki yang lain saling menyapa, sedikit mengobrol sambil menunggu nafas kembali normal. Akhirnya....alhamdulillah bang Ibnu sudah terlihat di atas batu puncak Gunung Sumbing. Saya ( Yoiyok ) dan Farhan segera ke arah bang Ibnu. Kurang lebih jam 09.00 kami sampai puncak.
Ke Bawah Ke Arah Kawah |
Alhamdulillah segala puji bagi Alloh, kami semua sampai puncak setelah melewati rintangan yang tidak terduga sebelumnya, yang belum tergambar bagaimana medan pendakian Gunung Sumbing via Mangli ini. Naik dengan selamat maka turun harus lebih hati-hati semoga tidak tersesat lagi dan segera pulang dengan selamat juga. Persediaan air yang semakin menipis, perut juga terasa gak enak di isi karena kelelahan. Semoga catatan perjalanan kami ini bermanfaat bagi pembaca yang ingin mendaki Gunung Sumbing lewat Desa Mangli Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang.
26 komentar untuk "Pendakian Gunung Sumbing Lewat Jalur Mangli, Kaliangkrik, Magelang"
apakah ada tikungan2 yg perlu diwaspadai supaya tidak salah jalan?
berarti kemaren saya masih kurang 2 sungai lagi.
kmaren skitar 2,5 jam jalan kaki baru ngelewati 2 sungai.. sungai pertama yg ada jembatan kayunya itu dan sungai ke dua yg batu2 alus itu.
maki.uchu@gmail.com
Sumbing Real Adventure
Jalur Sejati Via Butuh, Kaliangkrik, Magelang
Keep Calm n Enjoy:-).....
Info yang sangat bermanfaat gan.
Mau tanya gan, punya Contact Person charteran mobil dari terminal magelang ke desa mangli gak?
Terus mau tanya lagi, itu berarti sepanjang jalur menuju ke pos 4 berarti hanya 1 jalan ya gan tanpa percabangan jalur yang agak lebar?
mkasih gan.
by : Bekti A.M (dari Mamira LGV FMIPA UNSOED)
Maaf juga belum punya kontak mobil charteran dari terminal ke Mangli.
Iya cm satu jalur saja, jalur sekarang sudah ada jalur resmi, untuk informasi lanjut bisa didaptkan di basecamp Mangli